MEDAN | Aliantalkshow.com
Sekretaris Komisi 2 DPRD Medan, Wong Chun Sen Tarigan menyampaikan penanganan penyakit TBC (Tuberkulosis) yang mewabah saat ini perlu perhatian semua pihak. Menurutnya, dari data Dinas Kesehatan Medan tahun 2022, saat ini sudah ada sekitar 10.100 kasus TB. Di tahun 2023 saja sudah dari bulan Januari – Juli sudah ada 4000 kasus. Dan bulan September bertambah 3000 kasus sehingga bertambah lagi 7400 kasus penderita TB.
“Ini sangat berbahay dan perlu perhatikan kita, karena jika dibandingkan dengan kasus Stunting dimana tahun 2022 dari 550 kasus saat ini tahun 2023 menurun menjadi 298 kasus, tetapi di TB masih banyak kita temukan,”kata Wong Chun Sen saat hadir membuka kegiatan pertemuan tindaklanjut komunitas dan pemangku kepentingan jejaring DPPM untuk optimalisasi Pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM) terkait layanan TBC di kota Medan,Selasa (19/09/2023) di Hotel Grand Mercure ruang Jasmine.
Sebut Wong Chun Sen lagi, untuk itu dia mengharapkan bantuan dari Dinas Kesehatan Medan dan Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) yang konsen menangani TBC untuk dapat merumuskan suatu cara mengenai standar SPM ini supaya didata seluruh masyarakat yang menderita penyakit TB naik dari tingkat kepala lingkungan, kelurahan dan tingkat Kecamatan agar dapat ditangani bersama. ” Karena ini salah satu penyakit yang menular, dan ini sangat berbahaya. Dan juga kita harapkan perlu kesadaran dari penderita TB untuk memakai masker. Kalau mereka (penderita TB) tidak memakai masker dan ruang gerak mereka terlalu bebas bisa menularkan ke orang lain, bahkan keluarga kita. Di kegiatan seminar pada hari ini adalah momen sangat penting dari teman teman YMMA sebagai pendamping bagi orang orang penderita TB, semoga masalah TBC di kota Medan dapat menurun.
Mengenai anggaran penanganan TBC, Wong menyebutkan, anggaran di pemko Medan masih kecil sehingga harus menjadi perhatian serius dari dinas kesehatan kota Medan supaya dinaikkan. Bila perlu dibuatkan Perda tentang TB. ” Kita nanti akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan Medan supaya segera di usulkan bagaimana cara penanganan TB di Kota Medan supaya cepat menurun dan Kota Medan bebas dari penyakit TB,”terang legislator asal dapil 3 Kita Medan ini.
Mewakili Kepala Dinas Kesehatan Medan yang diwakilkan oleh dr.Pocut Fatimah Fitri, MARS Kabid P2P dinas kota Medan mengaku angka penyakit TB di kota Medan termasuk terbesar dari kota kota lainnya di Indonesia. Dan sudah menjadi target yang harus ditemukan. Dan angka ini muncul berdasarkan data ilmiah baik dari angka penduduk, jumlah penularan dan angka angka penyebaran yang ditemukan sebelumnya.
” Untuk penyebaran TBC di kota Medan ini, Medan Utara salah satu yang terbanyak, tetapi bukan berarti daerah lain di kota Medan tidak banyak atau sedikit, tetap banyak karena itu , hampir semua tempat berisiko. Tidak ada yang kebal dengan TB. Penderita TB bukan karena faktor ekonomi, namun karena penyebarannya lewat pernapasan. Orang kaya juga banyak yang terkena.Semua orang bernapas jadi lewat pernapasan berisiko tertular. Tidak ada orang yang kebal dari TB,”tegasnya.
dr.Pocut menjelaskan lagi para penderita TB hampir dari semua kalangan. Dia menyarankan jika ada masyarakat yang mengalami gejala batuk sampai 2 Minggu segera berobat ke Puskesmas atau klinik untuk dipastikan apakah TB atau tidak.
“Mengingat, Medan ini endemis dengan kasus yang terjadi sekian banyak semua orang berisiko. Jadi pastikan dulu dengan diagnosa yang saat ini dengan mesin Test Cepat Molukuler (TCM).
Alat ini akan dapat membedakan apakah TB tersebut masih kategori sensitif terhadap pengobatan dini pertama atau TB resisten obat,ujarnya.
Diterangkan dr.Pocut lagi, jika penderita TB sudah masuk kategori TB resisten maka pengobatannya lebih banyak dan lebih lama dari yang TB sensitif obat.
Penderita TB resisten obat tambahnya harus dikawal pengobatannya baik dari keluarga dan minum obat sampai sembuh. ” Pasien TB berat harus meminum obat sampai sembuh dan tidak berhenti, sebab kumannya termasuk bandel ya. Jadi kalau dia masih pingsan dan belum mati harus dibersihkan sampai tuntas kumannya. Harus 6 bulan pengobatan rutin untuk meyakinkan kuman TB telah mati didalam tubuh penderita,”sebutnya.
Dia mengharapkan lagi agar ketika ada dilingkungan keluarga batuk segeralah minum obat sebab, TB salah satu gejalanya adalah batuk. Untuk kota Medan, sambung dr. Pocut angka kesembuhan penyakit TB di kota Medan juga sangat tinggi. “Dan ini terjadi karena ketika terkena TB langsung kita tangani dan tanpa putus diberikan obat,”sebutnya.
Dia juga bersama kader tidak henti hentinya melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat kota Medan agar lebih mengenal gejala TB dengan menjemput bola dan menyadarkan warga yang terkena TB agar mau minum obat lagi.
Hadir pada pertemuan tindaklanjut komunitas dan pemangku kepentingan jejaring DPPM untuk optimalisasi Pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM) terkait layanan TBC di kota Medan yakni Budi Septian perwakilan IDI Medan, Perwakilan pihak dari rumah sakit, bagian adm Pemko Medan, Perwakilan PPM kota Medan.(Alian/rel)